
Mazmur 3 adalah Mazmur Daud yang ditulis pada saat Daud lari dari Absalom, anaknya, yang berusaha merebut takhta Daud. Kita juga dapat membaca kisah Daud dan Absalom ini dari 2 Samuel 15-17 yang mengisahkan bagaimana Absalom memboikot kekuasaan Daud dengan cara yang licik mencuri hati orang Israel (15:6) dan menghimpun mereka untuk menjadi pengikutnya (15:12). Mengetahui hal tersebut, Daud melarikan diri dari Yerusalem beserta seisi rumahnya (dengan meninggalkan sepuluh selir untuk menunggui istana). Namun di tengah perjalanan, Daud menyuruh Zadok untuk membawa kembali Tabut Allah ke Yerusalem, “Bawalah Tabut Allah kembali ke kota. Jika aku mendapat kemurahan hati TUHAN, Ia akan membawa aku kembali, sehingga aku akan melihatnya lagi dan juga tempat kediamannya.” (15:25). Daud juga menyuruh beberapa orang kembali ke Yerusalem untuk menjadi mata-mata Absalom dan mengabarkan Daud bila ada pergerakan-pergerakan untuk menyerangnya.
Dalam perjalanan, Daud mendaki Bukit Zaitun untuk mencari Allah sambil menangis, menyelubungi kepalanya dan berjalan tanpa alas kaki (15:30).
Memasuki kota Bahurim, Daud juga bertemu dengan Simei bin Gera, yang adalah kaum dari keluarga Saul (16:5). Simei melempari batu dan mengutuki Daud sebagai orang yang sudah mengambil takhta Saul. Namun Daud menerima kutuk itu dengan berbesar hati dengan berkata, “Biarkanlah ia mengutuk, sebab TUHAN telah berfirman kepadanya demikian. Mungkin TUHAN akan memperhatikan sengsaraku ini dan TUHAN membalasku dengan kebaikan ganti kutuk orang itu pada hari ini.” (16:11-12)
Melihat semua orang melawannya, tidak heran Daud menumpahkan isi hatinya dalam Mazmur 3 ini:
Ya TUHAN, betapa banyaknya lawanku! Banyak orang bangkit menyerang aku; banyak orang berbicara tentang aku, “Baginya tidak ada pertolongan dari Allah.” (ay. 2-3) Kita dapat membayangkan Absalom yang menghimpun banyak bangsa Israel untuk mengikuti dirinya dan Simei bin Gera yang mengutuki Daud menggunakan nama TUHAN, seolah-olah tidak ada lagi yang membela Daud. Daud mencurahkan isi hatinya dalam ayat 2 dan 3 ini kepada TUHAN tentang keadaannya.
Tetapi, Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku. Dengan nyaring aku berseru kepada TUHAN dan Ia menjawab aku dari gunung-Nya yang kudus (ay. 4-5). Dalam pelariannya, Daud juga mencari TUHAN di Bukit Zaitun, dengan membawa semua duka yang ia rasakan (dengan menangis dan menyelubungi kepalanya – 2 Samuel 15:30). Sepertinya Daud habis-habisan dengan nyaring berseru kepada TUHAN (To The LORD I cry aloud) dan TUHAN menjawabnya. Daud percaya TUHAN adalah perisai yang melindungi dan Ia menegakkan kembali kepercayaan diri Daud.
Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab TUHAN menopang aku! Aku tidak takut kepada puluhan ribu orang yang mengepung aku dari segala penjuru (ay. 6-7). Bila kita ada masalah berat, kita pasti tidak dapat tidur dengan tenang. Namun tidak demikian dengan Daud. Setelah TUHAN menguatkan Daud kembali, ia dapat tidur dengan tenang karena Daud percaya bahwa TUHAN yang menjadi sustainer-nya (penyangga/penopang). Ia tidak peduli lagi kepada musuhnya, berapa banyak pun orangnya.
Bangkitlah, TUHAN, tolonglah aku, ya Allahku! Ya, Engkau yang memukul rahang semua musuhku, dan mematahkan gigi orang-orang fasik (ay. 8). Ada hal yang menarik dalam panggilan Daud kepada Allah jika kita melihatnya dalam bahasa Ibrani. Ia menggunakan kata TUHAN (YHWH) dan memparalelkannya dengan Allah (Elohim). Panggilan TUHAN yang dipakai oleh Daud secara spesifik ingin menunjukkan keintiman hubungan Daud dengan Allah yang bernama YHWH. Kata “rahang” dan “gigi” dalam ayat ini dipakai mengacu kepada perkataan negatif dan kebohongan yang diucapkan seseorang tentang orang lain.
Dari TUHAN datang pertolongan. Berkat-Mu kiranya turun atas umat-Mu! (ay. 9). Sebagai penutup, Daud mengungkapkan keyakinannya bahwa pertolongan datang dari TUHAN, artinya Daud percaya bahwa TUHAN-lah yang akan membalaskan apa yang musuhnya perbuat kepadanya. Berkat itu akan menjadi milik Daud saat ia mengandalkan TUHAN dalam seluruh permasalahannya.