1 Samuel 15 | Mazmur 86 | Kisah Para Rasul 5:1-11
Hal yang menjadi perenungan saya saat membaca 1 Samuel 15 yaitu mengenai ketaatan. Samuel menyampaikan perintah Allah kepada Saul untuk menumpas bangsa Amalek karena perbuatan bangsa itu yang tidak berkenan di mata-Nya. Ayat 3 dituliskan Saul harus menumpas segala yang ada padanya dan jangan mengasihani mereka (dalam bahasa Inggris menggunakan kata totally dan do not spare them).
Setelah Saul kembali dari peperangan, ia dengan bangganya berkata kepada Samuel, “… Aku telah melaksanakan firman TUHAN.” Tetapi Samuel bukan memujinya, malahan menegurnya karena melanggar apa yang Tuhan perintahkan yakni: Saul sudah membiarkan rakyatnya (soldiers) untuk membiarkan hidup kambing domba dan lembu yang terbaik untuk dikurbankan kepada TUHAN (ayat 15). Ia kembali menyalahkan rakyatnya untuk yang kedua kali pada ayat 21. Ia terus menerus menyalahkan rakyatnya, yang padahal jika kita membaca ayat 9, dituliskan bahwa Raja Agag, kambing domba dan lembu, semua yang berharga dibiarkan hidup dan tidak dimusnahkan oleh Saul dan rakyatnya.
Setelah membaca cerita tentang Saul ini lantas membuat saya berpikir: terkadang sebagai manusia, kita mempunyai segudang alasan untuk membenarkan apa yang kita lakukan dan mempertahankan apa yang kita anggap baik (asumsi).
Samuel mengatakan kalimat yang ‘menampar’ saya:
Apakah TUHAN berkenan pada kurban bakaran dan kurban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN?
Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik daripada kurban sembelihan, mengindahkan lebih baik daripada lembak domba jantan (ayat 22-23).
Does the LORD delight in burnt offerings and sacrifices as much as in obeying the voice of the LORD?
To obey is better than sacrifice, and to heed is better than the fat of rams.
Mematuhi TUHAN lebih baik daripada korban sembelihan. To obey is better than sacrifice. Hal ini membuat saya berpikir, ternyata selama ini cara berpikir kita salah: TUHAN akan senang kalau kita ke gereja, pelayanan, dan lain sebagainya. Tetapi ternyata tidak demikian. Kata yang harus kita garis bawahi yaitu: patuh (obey). Apakah kita sudah obey dengan perintah TUHAN? Atau sama seperti Saul, kita cenderung membuat alasan-alasan (excuses): Tuhan, saya berbuat ini untuk menyenangkan Engkau. Namun apa yang terjadi adalah Tuhan tidak berkenan (delight). Contohnya seperti pada cerita Ananias dan Safira yang menjual tanahnya (seolah-olah ingin memberikan sesuatu kepada Tuhan), namun berbohong mengenai hasil penjualan tanah itu (Kisah Para Rasul 5:1-11).
Kita menganggap ibadah (worship) adalah melakukan segala sesuatu yang berbau religius. Penting untuk diingat bahwa obey juga adalah bentuk ibadah kita kepada Tuhan. Namun jangan sampai kita menjadi seseorang yang legalistik (tidak menggunakan hikmat).
Mazmur 86:11 menuliskan, “Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, ya TUHAN, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu; bulatkanlah hatiku untuk takut akan nama-Mu.” Obey berarti hidup mengikuti perintah dan petunjuk Tuhan. Dalam bahasa Inggrisnya, kata tunjukkanlah memakai kalimat: Teach me your way, LORD. Kita belajar terus menerus dari Tuhan, untuk menunjukkan apa saja yang harus kita patuhi.
Beberapa hal yang penting berkenaan dengan proses belajar:
- Belajar adalah proses yang sangat panjang dan seumur hidup.
- Belajar tanpa kita sadari adalah proses mengadopsi pola berpikir dari sang guru.
- Belajar memerlukan analisa yang tidak pernah berhenti. Analisa ini berarti observasi yang terus kita lakukan. Oleh karena itu observasi memerlukan hikmat.
Amos 5:22, 24 menuliskan, “Meskipun kamu mempersembahkan kepada-Ku kurban-kurban bakaran dan kurban-kurban sajianmu, Aku tidak suka……Tetapi, hendaklah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir.” Mengapa Tuhan mengatakan ayat ini kepada bangsa Israel? Karena bangsa Israel hidup dalam penyembahan berhala dan tidak menerapkan keadilan kepada sesama, namun mereka tetap mempersembahkan kurban kepada Allah. Apa salah satu perintah Allah untuk bangsa Israel yang tercatat dalam 10 perintah Allah? Jangan ada Allah lain di hadapanmu. Ini adalah petunjuk yang sudah disampaikan pertama kali oleh Allah kepada bangsa Israel, dan bangsa Israel lalai menjalankannya.
Oleh karena itu, bagaimana kita beribadah kepada Tuhan? Dengan menjalankan perintah-Nya melalui keseluruhan hidup kita.